Minggu, 03 April 2011

NASKAH BERITA TELEVISI

Sebuah Naskah sebenarnya merupakan penjabaran ide dalam huruf- huruf. Karena awal dari sebuah penulisan adalah ide. Lalu seorang Reporter memproyeksikan ide tersebut kedalam kata- kata. Jika kita perhatikan dengan teliti, sebenarnya penulisan naskah untuk televisi sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penulisan naskah untuk radio. Dalam naskah radio, reporter harus memilih kata- kata yang paling efektif, segar dan mudah idbayangkan oleh pendengar seperti kita melukis di kepala orang lain. Kemudian kita menyusun kata- kata tersebut dengan baik, agar lebih enak di dengar. Hal ini sering disebut sebagai the art of writing. Bagaimana dengan naskah televisi?
Kerangka global penulisan Narasi untuk TV
Bahasa yang digunakan adalah bahasa komunikasi standar, yakni bahasa baku atau bahasa yang digunakan masyarakat secara luas, dengan dibatasi kaidah kata dan mengikuti perkembangan masyarakat.
5 Ciri khas bahasa Televisi
1. Singkat dan padat, dan berkaitan erat dengan jumlah kata yang kemudian dibentuk menjadi kalimat. Dengan kata-kata yang tidak terlalu banyak, namun maknanya mudah dipahami/dimengerti oleh pemirsa, cukuplah sudah. Karena Televisi tidak hanya menampilkan media audio, tetapi juga penggambaran secara visual.
2. Sederhana, Pilihan kata atau ungkapan-nya disertai kesederhanaan gaya bahasa.
3. Lugas.
4. Menarik.
5. Bahasa dan penulisan harus berseni atau mengandung “the art of writing” untuk menyesuaikan gaya bahasa bagi target segmentasi dan tingkat wawasan intelektualitas pemirsanya dalam sebuah acara televisi.

Pedoman bahasa Televisi
Bahasa Televisi khususnya untuk produksi program artistik dan program jurnalistik atau news menggunakan bahasa jurnalistik. Dalam hal ini terdapat tiga prinsip yaitu:
1. Diucapkan atau dituturkan.
Naskah siaran harus berupa bahasa tutur, bukan bahasa cetak. Hindari kata- kata yang bersifat cetak. Misal : “ seperti dijelaskan diatas…., “ penggunaan kata “ Atas “ tentu saja tidak di perkenankan, karena pemirsa tidak bisa melihat informasi sebelumnya. Kata “atas “ sebaiknya di ganti dengan “ tadi” atau “ sebelumnya “
2. Dari orang ke orang.
Naskah siaran hendaknya menggunakan bahasa pergaulan. Hal ini penting untuk lebih menambah kelancaan komunikasi antara pembawa acara dengan penonton.
3. Naskah harus Sinkron dengan gambar yang ditampilkan.
Naskah yang disampaikan harus sesuai gambar yang ditampilkan. Misalnya: Saat penyiar menyampaikan sebuah kalimat tentang keramaian jangan sampai yang tampil di layar televisis adalah suasana sebuah desa yang sepi. Inilah beda televisi dengan media lain. Ke-akurat-an menjadi fokus pertimbangan dalam penyampaikan sebuah informasi. Dalam dunia Audio visual, seorang penulis naskah atau jurnalist harus menyampaikan infomasi sesuai dengan gambar yang ada.

Dari pedoman bahasa telivisi ini kita masih harus membedakan Penulisan narasi untuk acara artistik dan narasi untuk jurnalistik atau berita. Bedanya adalah :
Penulisan untuk produksi artistik lebih bersifat luwes dan bisa menggunakan permainan gaya bahasa, perumpaan, berbagai ungkapan dan tidak dibatasi dengan penggunaan gaya bahasa. Biasanya penulisannya disesuaikan dengan program. Misalnya produksi acara anak-anak gunakan bahasa anak-anak. Sedangkan penulisan narasi untuk news, lebih berpedoman pada kaidah – kaidah penulisan jurnalistik, dan sebisanya tidak menggunakan bahasa yang bertele- tele.

Struktur Penulisan Narasi untuk berita TV
Rata-rata Berita Televisi di seluruh dunia menampilkan Voice over yang di campur dengan slide bulletins, yaitu gambar – gambar berita, dilatar belakangi dengan narasi yang ringkas. Semacam summeries atau kesimpulan akhir dari sebuah pengumpulan data melalui liputan. secara teori dan prakteknya pada media televisi di dunia, Berita televisi dikatagorikan menjadi 2 yaitu:
1. Hard news events. Seperti : kebakaran, kejahatan, bencana alam, peristiwa yang tak diduga dan tidak diharapkan, dan masih banyak lagi lainnya.
2. Soft news atau berita- berita ringan

Beberapa hal yang harus dilakukan tim liputan ditempat kejadian peristiwa:
1. Mengumpulan data dengan merekam wawancara orang - orang yang ada ditempat kejadian.
2. Mengumpulan data dengan Merekam gambar peristiwa.
3. Membuat dan Merekam Stand upper reporter baik untuk membuka, maupun untuk menutup reportase. Namun hal ini tidak harus dilakukan.
4. Membuat catatan – catatan di lapangan untuk sebuah dituangkan ke dalam naskah.

Beberapa hal yang harus dilakukan tim liputan di redaksi dan studio:
1. me-review tape hasil rekaman sesuai dengan urutan peristiwa sekaligus meng-capture gambar ke komputer.
2. menyusun naskah berita
3. Take voice. Membaca naskah berita untuk di Dubbing atau melakukan pilihan kedua yaitu disampaikan secara live. Berita televisi diedit oleh editor untuk mengedit berita, agar tak berkesan bertele- tele, ringkas tetapi tidak mengurangi isi berita.